Seringkali kita merasa bahwa makan di rumah makan atau warung, rasanya lebih enak dari pada masakan rumah kita sendiri, atau seringkali anak-anak kita lebih menyukai makanan ringan dari pada jajanan rumah atau jajanan pasar. Rasa yang lezat, gurih menyebabkan kita lebih menyukai makanan warung atau anak lebih menyukai makanan ringan.
Rasa lezat dan gurih tersebut sebagian besar berasal dari monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa yang ditambahkan kedalam masakan atau makanan ringan tersebut. Monosodium glutamat atau MSG adalah salah satu bahan tambahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan rasa yang lebih enak dan lebih nyaman ke dalam masakan.Penggunaan MSG banyak menimbulkan kontroversi di masyarakat, karena sebagian besar masyarakat menganggap penggunaan MSG yang berlebihan bisa menimbulkan efek negative terhadap kesehatan manusia. Bahkan di Cina banyak masyarakatnya yang terkena dampak negative dari penggunaan MSG yang berlebihan yaitu menunjukkan gejala-gejala alergi, yang terkenal dengan istilah Chines Restaurant Syndrome (CRS).
Beberapa laporan menyatakan bahwa orang-orang yang makan di restoran Cina, setelah pulang muncul gejala-gejala alergi sebagai berikut: mula-mula terasa kesemutan pada punggung dan leher, bagian rahang bawah, lengan serta punggung lengan menjadi panas, juga gejala-gejala lain seperti wajah berkeringat, sesak dada dan pusing kepala akibat mengkonsumsi MSG berlebihan. Gejala-gejala ini mula-mula ditemukan oleh seorang dokter Cina yang bernama Ho Man Kwok pada tahun 1968 yaitu timbulnya gejala-gejala tertentu setelah kira-kira 20 sampai 30 menit konsumen menyantap makanan di restoran China.
Hasil penelitian dari Komisi Penasihat FDA terhadap MSG menyebutkan bahwa MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum tetapi reaksi hipersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil masyarakat. Ambang batas MSG untuk manusia adalah 2 sampai 3 g, dan dengan dosis lebih dari 5 g maka gejala alergi (CRS) akan muncul dengan kemungkinan 30 persen.
Dari hasil penelitian Dr. John Alney dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington, St. Louis pada tahun 1969 menunjukkan bahwa penggunaan penyedap rasa dalam dosis yang tinggi (0,5 mg/kg berat badan setiap hari atau lebih) diberikan sebagai makanan kepada bayi-bayi tikus putih menimbulkan kerusakan beberapa sel syaraf di dalam bagian otak yang disebut Hypothalamus. Bagian otak inilah yang bertanggung jawab menjadi pusat pengendalian selera makan, suhu dan fungsi lainnya yang penting.
Dari uraian di atas alangkah lebih baiknya apabila kita mengurangi konsumsi monosodium glutamate atau MSG demi kesehatan kita sendiri.
http://gayul.wordpress.com/
Rasa lezat dan gurih tersebut sebagian besar berasal dari monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa yang ditambahkan kedalam masakan atau makanan ringan tersebut. Monosodium glutamat atau MSG adalah salah satu bahan tambahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan rasa yang lebih enak dan lebih nyaman ke dalam masakan.Penggunaan MSG banyak menimbulkan kontroversi di masyarakat, karena sebagian besar masyarakat menganggap penggunaan MSG yang berlebihan bisa menimbulkan efek negative terhadap kesehatan manusia. Bahkan di Cina banyak masyarakatnya yang terkena dampak negative dari penggunaan MSG yang berlebihan yaitu menunjukkan gejala-gejala alergi, yang terkenal dengan istilah Chines Restaurant Syndrome (CRS).
Beberapa laporan menyatakan bahwa orang-orang yang makan di restoran Cina, setelah pulang muncul gejala-gejala alergi sebagai berikut: mula-mula terasa kesemutan pada punggung dan leher, bagian rahang bawah, lengan serta punggung lengan menjadi panas, juga gejala-gejala lain seperti wajah berkeringat, sesak dada dan pusing kepala akibat mengkonsumsi MSG berlebihan. Gejala-gejala ini mula-mula ditemukan oleh seorang dokter Cina yang bernama Ho Man Kwok pada tahun 1968 yaitu timbulnya gejala-gejala tertentu setelah kira-kira 20 sampai 30 menit konsumen menyantap makanan di restoran China.
Hasil penelitian dari Komisi Penasihat FDA terhadap MSG menyebutkan bahwa MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum tetapi reaksi hipersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil masyarakat. Ambang batas MSG untuk manusia adalah 2 sampai 3 g, dan dengan dosis lebih dari 5 g maka gejala alergi (CRS) akan muncul dengan kemungkinan 30 persen.
Dari hasil penelitian Dr. John Alney dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington, St. Louis pada tahun 1969 menunjukkan bahwa penggunaan penyedap rasa dalam dosis yang tinggi (0,5 mg/kg berat badan setiap hari atau lebih) diberikan sebagai makanan kepada bayi-bayi tikus putih menimbulkan kerusakan beberapa sel syaraf di dalam bagian otak yang disebut Hypothalamus. Bagian otak inilah yang bertanggung jawab menjadi pusat pengendalian selera makan, suhu dan fungsi lainnya yang penting.
Dari uraian di atas alangkah lebih baiknya apabila kita mengurangi konsumsi monosodium glutamate atau MSG demi kesehatan kita sendiri.
http://gayul.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo pinarak sedulur, paring saran wonten mriki nggih...